Anton masuk ke toko obat dan membeli sebuah
kondom. Dengan riang dia bilang kepada pemilik
toko bahwa sebentar lagi akan makan malam di
rumah pacarnya.
“Bapak kan tahu sendiri, biasanya setelah itu kan
ada kelanjutannya,” tambah Anton sambil
menyeringai. Kondom pun berpindah tangan.
Baru beberapa langkah ke luar toko, dia kembali
masuk. “Saya minta satu lagi,” katanya.
“Adik pacar saya juga cantik. Agak genit pula. Saya
rasa dia juga naksir saya. Siapa tahu malam ini
saya mujur,” ungkapnya sambil menerima kondom
kedua.
Anton kembali masuk dan minta tambahan satu
kondom lagi. “Begini, ibunya juga tak kalah seksi.
Penampilannya jauh lebih muda dari usianya. Dan
kalau duduk di depan saya, dia selalu
menyilangkan kaki. Saya yakin dia juga tak
keberatan kalau saya dekati”.
Dengan berbekal tiga kondom, Anton datang ke
rumah pacarnya sambil tak putus bersiul.
Sajian sudah siap. Pacar Anton, adik dan ibunya
sudah menunggu.
Anton pun langsung bergabung.
Mereka menunggu sang ayah.
Begitu sang ayah masuk ke ruang makan, Anton
langsung memimpin doa sambil menunduk dalam-dalam.
Yang lain-lain ikut menundukkan kepala.
Satu menit berlalu. Anton makin khusuk berdoa.
Dua menit, Anton terus komat-kamit, cukup
panjang untuk sebuah doa sebelum makan.
Pada menit keempat, pacarnya menyenggol
kakinya dan berbisik, “Saya baru tahu kamu
ternyata sangat religius”.
Sambil terus menunduk, Anton menjawab dengan
suara hampir menangis, “Saya juga baru tahu ayah
kamu punya toko obat.”